Monday 9 July 2012

Menelusuri Gang-gang Kecil di Kota Tua Hanoi

 Pemandangan persimpangan di Hanoi yang terkenal. Lihat!!! betapa semrawutnya arus sepeda motor di sana

Bingung-bingung mencari alternatif liburan yang singkat dan cukup efektif? Tiba-tiba saja Vietnam terlintas di benak saya. Memang sudah cukup lama saya ingin melihat-lihat Vietnam. Saya dengar dari banyak orang, katanya Vietnam bagus. Bagus dalam hal apa, saya juga tidak begitu jelas. Yang pasti, hampir semua orang pernah mendengar Halong Bay. Saya pun mulai mencari tahu tentang Vietnam. Ternyata banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi. Mulai dari pegunungannya, sawah-sawah teraseringnya, kota tua nya, maupun pengalaman untuk menaiki kereta api dari Utara ke Selatan.

Saya mulai merasa liburan 1 minggu tidak cukup untuk menjelajah Vietnam. "But.. there's always next time", begitu pikir saya. Akhirnya saya putuskan untuk mengunjungi 2 kota utama - Hanoi dan Ho Chi Minh. Mulailah petualangan 3 cewek di Vietnam (saya, mama dan Monique –adik saya).


Perjalanan kita bermulai dari Hanoi. Hanoi sekarang adalah ibukota pemerintahan di Vietnam. Cerita soal status dan karakter Hanoi sebagai pusat pemerintahan akan saya jelaskan di artikel berikutnya. Di sana saya dijemput dengan seorang teman asli Vietnam (Ronald namanya). Karena saya dan Monique bekerja di bidang arsitektur dan pembangunan kota, tentu saja kita pernah mendengar tentang keberhasilan pengusaha Ciputra dalam membangun perumahan di Vietnam. Kita pun meminta untuk diantarkan ke sana karena penasaran.

Di pinggir jalan mulai kelihatan patung kuda hitam yang besar menghiasi gerbang yang megah. Di belakangnya berdiri apartemen tinggi. Benar saja, kompleks Ciputra termasuk kompleks perumahan yang paling mahal di Hanoi. Kita berputar-putar sedikit di dalam kompleks kota baru Ciputra. Berbeda dengan citra Vietnam yang terenal dengan rumah pipihnya yang bisa bertingkat 7 lantai, rumah-rumah di kota Ciputra terihat "normal". Mirip sekali dengan kompleks perumahan di Indonesia. Dan dibandingkan dengan lingkungan sekitarnya, kompleks Ciputra terlihat paling bling-bling. Sekali-sekali, boleh lah kita berbangga dengan karya anak bangsa.

 Inilah karya anak bangsa Indonesia. Perkembangan kota baru Ciputra yang berfokus pada perumahan mewah dan mal kelas atas

Jalan-jalan di Hanoi benar-benar menarik. Di satu sisi, kita bisa melihat kemajuan ekonominya yang pesat, seperti kompleks kota baru Ciputra. Di sisi lain, kita masih bisa melihat kehidupan sederhana warganya. Tidak jarang kita menemui seorang petani menuntun sapinya melintasi jalan di samping mobil dan sepeda motor. Percata atau tidak, sapi dan petani yang menuntunnya terlihat santai dan nyaman menyeberangi jalan raya. Padahal, kalau kita tidak hati-hati, pasti sudah habis ditabrak atau diserempet sepeda motor yang berseliweran. Dan kalau kita beranggapan jumlah sepeda motor di Indonesia sudah banyak, asal tahu saja, jumlah itu tidak ada apa-apanya dibandingkan jumlah yang kita jumpai di Hanoi. 

 Sapi ini dengan santainya menyeberangi hiruk pikuk kota. Ada truk, ada mobil mewah, ada sepeda, ada juga sapi. Perpaduan yang beraneka ragam.

Begitu sampai di kota tua Hanoi, saya baru merasakan hiruk-pikuk kota yang sebenarnya. Meskipun trotoarnya kecil, orang-orang masih tetap menggunakan sebagai sarana untuk dagang. Jadi, kita bisa bandingkan dengan suasana di Pasar Baru, rasanya tidak jauh beda dari itu. Hanya saja, kalau di Indonesia, biasanya hanya ada barang dagangan saja di trotoar. Kalau di sini, pedagang menyediakan kursi-kursi kecil untuk pelanggan juga. 

 Di trotoar, kira-kira kegiatan semacam inilah yang kita jumpai. Ibu-ibu memakai piyama dengan santainya duduk si luar rumah sambil berdagang minuman penyejuk.

Arsitektur di sini sungguh unik. Toko-toko dan rumah-rumahnya pipih sekali dan bertingkat-tingkat. Hal ini disebabkan karena mahalnya harga tanah. Akhirnya orang-orang mulailah membangun secara vertikal dan mencatnya dengan warna-warna meriah. Saya hanya berpikir, apa tidak pusing tinggal di rumah seperti itu. Lebarnya kurang lebih hanya 3 meter saja, dalam nya bisa 10 meter. Lalu mereka membangunnya sampai 5-6 tingkat.


Yang menarik lagi, di kota tua ini kita bisa melihat arsitektur bergaya kolonialisme yang terkadang terlihat elemen komunisnya juga. Jadi kita bisa bayangkan, ada budaya asli Vietnam, ada budaya Eropa, dan ada budaya Cina-Russia juga.Gedung-gedung berbau komunis biasanya memiliki bentuk simetris yang khas dan semuanya serba kotak-kotak dan kaku. Namun tidak jauh dari gedung itu, bisa ada gedung Eropa yang kesannya lebih organik dan ramah. Perpaduan arsitektur yang seperti itulah yang membuat Hanoi sebagai kota yang cantik. 

 Gaya arsitektur Eropa berpadu dengan gaya sosialis 

Untuk menikmati keindahan kota tua secara maksimal, kita harus kuat jalan kaki memasuki gang-gang kecilnya. Di setiap gang kecil selalu ada kejutan. Baik itu berupa restorant kaki lima yang menggelar meja kecilnya ke jalanan, atau alun-alun kota yang penuh dengan anak yang belajar main sepatu roda, ataupun kedai es kirm Ken Thrang Tien yang terkenal dan selalu antri.

 Balkon rumah yang penuh tanaman dimaksimalkan sebagai tempat bersantai juga

Mama menikmati es krim terkenal sambil bersenda-gurau dengan bocah Vietnam

Cewek ini tengah merenung di atas sepeda balita di alun-alun kota. Entah apa yang dia pikirkan 

Lebih banyak motor daripada mobil.. demikianlah kesan saya terhadap Vietnam

Malamnya, kita juga tidak lupa untuk menikmati hiburan lokal di kaki lima. Sederhana saja, kaki lima tersebut hanya menyediakan es teh dan kuaci. Ramainya bukan main. Penuh dengan anak muda. Kata Ronald, inilah tempat paling “hot” untuk bersosialisasi anak abg. Mama kelihatan sedikit salah tempat. Untung saja mama orangnya mudah untuk berbaur sehingga ia pun bisa menikmati hiburan ini.

Di Hanoi, yang penting kita harus selalu waspada. Jangan sampai kita jadi target copet, ataupun keserempet sepeda motor yang semrawut itu. 

 2 bule yang tengah menelusuri kota tua yang penuh dengan aktifitas jalanan. "Nge-beer" di jalan istilahnya

Inilah katedral yang terkenal untuk spot gaulnya para ABG di sini. Hanya bermodalkan bangku dan meja kecil, dan menyediakan es teh dan kuaci. Ramainya bukan main tiap hari

1 comment: