Kilimanjaro yang hanya pernah saya impikan ternyata bisa menjadi kenyataan
Berbeda dengan respons yang saya dapati sewaktu saya berbicara dengan teman-teman senegara. Kebanyakan menjawab "Hah? Gile loe, bahaya tau!" atau "Wah, ngapain loe ke sana? Entar diculik bajak laut Somalia!" Saya tidak tahu darimana atau mengapa mereka menganggap benua Afrika itu isinya hanya perompak Somalia saja. Siaran-siaran televisi mengenai Afrika pun tidak membantu, ceritanya hanya seputar kelaparan, penyanderaan, perang antar suku, dll. Capek rasanya buat saya untuk berusaha menjelaskan bahwa benua Afrika itu besar sekali dan memiliki kekayaan alamnya juga. Mereka masih juga tidak percaya. Saya tidak memungkiri bahwa sewaktu saya kecil saya pun berpikiran demikian (karena diajarkan seperti itu), bahwa di Afrika itu serba miskin, orang-orangnya semua busung lapar dan suka kekerasan.
Afrika itu sebesar ini lho (source: world-maps.co.uk)
Setelah makan malam tadi selesai, kita
lalu sepakat bahwa kita akan berangkat ke Tanzania di bulan Januari,
bertepatan dengan hari raya Imlek. Liburan Imlek yang ditetapkan pemerintah Cina panjangnya seminggu, kita hanya perlu menambah
seminggu ekstra lagi untuk pergi ke Tanzania. Kita pun lalu mulai
menyiapkan segala sesuatunya, mulai dari tiket pesawat, menyusun
jadwal dan rute, mencari tour operator di Tanzania, sampai mendapatkan suntikan yellow fever. Saya tidak tahu bagaimana
menyebut yellow fever dalam bahasa Indonesia, tetapi satu yang
pasti, tidak banyak orang yang tahu di mana bisa mendapatkan suntikan
ini di Jakarta. Papa saya sempat menanyakan ke salah satu rumah sakit
swasta di Jakarta, lucunya mereka tidak tahu apakah vaksin yellow
fever itu. Akhirnya saya pun menyerah mencari di Jakarta,
kebetulan saat itu saya sedang dalam perjalanan kembali ke Shanghai
melalu Singapura. Saya iseng datang ke klinik di airport Changi,
hanya dalam waktu 5 menit saja, staff di klinik itu bisa memberi tahu
saya di rumah sakit mana terdapat stok vaksin yellow fever. Bukannya
saya membanggakan negara tetangga, tetapi memang faktanya servis
mereka lebih unggul dan efisien. Memiliki transit waktu 4 jam, saya
pun bergegas keluar airport dan menuju Tan Tock Seng hospital. Tidak perlu appointment ataupun prosedur macam-macam, saya mendapatkan
suntikan dan buku kuning vaksinasi yellow fever dalam waktu 20 menit,
disertai brosur petunjuk.
Petujuk mengenai travel ke Afrika Timur dari Tan Tock Seng Hospital Singapura
Rencana kita untuk ke Afrika akhirnya
selesai juga. Diskusi mengenai harga dan rute pun sudah di
finalisasikan dengan operator
lokal di sana, Basecamp
Tanzania namanya. Kita memilih untuk terbang ke Nairobi, lalu melewati perbatasan Kenya -
Tanzania dengan bus umum untuk mencapai kota Arusha di Tanzania. Saat
itu saya sedikit kawatir dengan repotnya perjalanan yang akan kita
tempuh untuk tiba di Arusha, tetapi sisi petualang saya meyakinkan
bahwa perjalanan ini akan menjadi sebuah petualangan yang menarik dan menantang!
Inilah rute yang akan kita tempuh (source: google map)
No comments:
Post a Comment