Inilah beberapa hasil buruan saya, silahkan tebak nama-nama hewan di atas |
Inilah medan yang menanti saya |
Justin |
Supir
kita untuk safari ini bernama Justin, berperawakan besar (bayangkan
Magic Johnson) dan dengan semangat menggebu-gebu bercerita tentang
binatang-binatang liar. Pernah suatu waktu kita di buat bingung oleh
Justin karena dia tiba-tiba menghentikan mobil lalu berteriak "Look!
Blue balls, blue balls! You don't see it? Look, look...blue balls!"
(sambil menunjuk ke pohon). Akhirnya dia frustrasi juga karena tidak
ada yang tahu apa maksudnya, "Ah,
forget it, you don't see blue balls."
Nahh, bingung kan? Yah, beginilah kalau budget, saking semangatnya
menunjukkan binatang sampai lupa bilang nama binatangnya, informasi
yang kita dapat hanyalah blue
balls. Setelah saya
cek di buku Lonely Planet tentang binatang di Tanzania, ternyata baru
saya ngeh
kalau binatang yang dimaksud adalah vervet
monkey,
yang mana jantannya
memiliki "anu" berwarna biru terang. Oalah!
Donnie |
Selain
Justin, kita juga ditemani oleh seorang koki bernama Donnie
(bayangkan rapper Ja Rule, mirip deh). Orangnya tidak terlalu banyak
berbicara, mukanya selalu serius walaupun sedang bercanda. Donnie
tidak pernah ikut sewaktu kita berputar-putar di padang rumput karena
dia bertugas untuk menyiapkan makanan dan cemilan di pagi, siang dan
malam hari. Donnie tidak terlalu fasih berbahasa Inggris, kadang dia
juga sering salah mengartikan apa yang saya maksud. Setiap kali saya
menanyakan dari mana asal makanan ini, jawabannya selalu "Oh,
this is from Victoria lake, it is very beautiful there."
Dari mana asal ikan yang kamu masak? "It
is from Victoria lake, good fish, beautiful lake."
Dari mana asal daging ini? "It
is from near Victoria lake, it is very good."
Saya tidak berharap mendapat banyak informasi dari Donnie, yang
penting masakannya enak. Ingin tahu apakah rahasia dari masakan
Donnie yang enak itu? Percaya atau tidak, Blue Band! Hampir setiap
kali dia masak selalu menggunakan Blue Band.
Tenda saya selama bersafari |
Pengalaman
camping di Serengeti merupakan sebuah pengalaman yang unik bagi saya.
Dua malam lamanya saya menginap di Seronera
camp,
di bagian tengah Serengeti. Bayangkan saja menginap di tengah padang
rumput yang luasnya 14,000 kilometer persegi, dimana
binatang-binatang liar bebas berlarian kemana saja (termasuk mampir
ke campsite
kita). Malam pertama saya dihiasi dengan rasa takut luar biasa,
sampai-sampai saya tidak berani bergerak atau memutar badan. Karena
saya sok tidak mau sharing
tenda dengan dua teman cowok saya, saya diberi tenda sendiri di situ.
Sebenarnya ya karena lebih praktis saja jika punya tenda sendiri,
tidak usah pusing kalau mau ganti baju atau mau lap badan. Saya tidak
menyangka saat malam hari di Serengeti semua panca indera saya serasa
menjadi lebih peka dari biasanya. Suara krasak-krusuk sedikit saja
langsung terdengar jelas. Mulanya saya cuekin
saja, mungkin hanya suara orang jalan kaki menuju wc umum. Lho, tapi
makin lama suara krasak-krusuk ini jadi makin kencang dan makin
banyak dan makin dekat dengan saya! Ditambah lagi ada suara
barang-barang berjatuhan disertai suara dengus dan ringkikan yang
silih berganti. Di otak saya yang terbayang adalah segerombolan babi
hutan menyerbu tempat camping kita. Saya jadi teringat pesan Justin,
jangan sampai ada sisa makanan atau sampah di sekitar tenda karena
akan mengundang binatang liar datang. Aduh mak, saya lupa kalau saya
masih ada sisa roti yang belum habis dan sampah buah-buahan yang
belum saya buang. Deg-degan banget rasanya malam itu, mau kencing pun
akhirnya saya tahan-tahan karena takut. Untungnya suara-suara
binatang itu hilang setelah menjatuhkan beberapa tong-tong sampah,
mungkin sudah tidak ada makanan lagi. Keesokan paginya Justin hanya
berkata (seolah-olah sudah terbiasa), "Semalam
hyena-hyena itu berisik sekali deh waktu mencari makan."
Malam
kedua saya di Serengeti pun tidak kalah menariknya, terlebih karena
semalaman diguyur hujan lebat. Tahu dong bagaimana rasanya kalau
berjalan di tanah becek karena hujan. Kali ini saya harus tidur di
tenda yang tanah bawahnya becek-becek. Tenda saya memang waterproof,
tapi ternyata tidak hole-proof,
ada lubang di salah satu sudut tenda saya. Perlahan-lahan air mulai
menetes masuk dan merembes sedikit ke matras tidur saya. Terpaksa deh
saya tidur memakai jaket waterproof saya dan saya relakan celana
basah sedikit, seperti orang ngompol rasanya. Hujan turun sepanjang
malam itu, tapi untungnya keesokan pagi matahari kembali bersinar.
Ketika saya keluar tenda, saya melihat ada pengunjung di sekitar
camp.
Beberapa ekor jerapah penasaran mengitari daerah campsite
kita. Buru-buru saya mengambil kamera dan mengabadikan momen langka
itu. Memang benar seperti kata pepatah after
every storm, a rainbow appears.
Tamu-tamu di pagi hari |
Selain
berkunjung ke Serengeti, kita juga diajak untuk mengunjungi
Ngorongoro
Conservation Area. Tempat
paling populer di situ adalah kawahnya yang memiliki diameter sekitar
20 kilometer. Kawah Ngorongoro ini termasuk salah satu kawah terbesar
di dunia, di dalamnya bahkan terdapat sebuah danau.
Kawah Ngorongoro |
Saat mobil
mendekat ke danau Magadi, saya heran dengan warnanya yang oranye
kemerah-merahan. Ternyata warna oranye kemerahan itu berasal dari
ribuan burung flamingo yang sedang ngaso di sana.
Burung flamingo memadati permukaan danau Magadi |
Saya betul-betul
terpukau dengan variasi dan jumlah binatang yang saya temui di kawah
Ngorongoro. Hewan yang paling langka di situ adalah black
rhino,
atau badak hitam. Menurut Justin, jumlah badak hitam di Ngorongoro
hanya sekitar belasan ekor dan mereka jarang sekali mau keluar dari
daerah hutan. Memang mungkin dewi keberuntungan sedang berada di
pihak kita saat itu, tidak hanya satu tapi tujuh ekor badak hitam
kita temui di berbagai tempat di Ngorongoro, semua berkat mata jeli
si Justin yang giat mencari dengan keker miliknya.
Badak hitam yang hampir punah di Afrika |
Bagi
saya, pengalaman yang tak terlupakan di Ngorongoro ini terjadi
sewaktu saya sedang bersantap siang dengan lunch
box
bikinan Donnie. Isi lunch
box
biasanya ada sepotong ayam goreng, sebungkus sandwich,
buah, minuman ringan dan coklat mars
bar.
Saya suka sekali dengan ayam goreng bikinan Donnie, karena bumbunya
mirip bumbu ayam kuning ala Indonesia. Kontan saja inilah pilihan
pertama santap siang saya. Baru saya meleng sedikit karena melihat
pemandangan sekitar, tiba-tiba tangan saya yang memegang ayam goreng
serasa di gebok dengan bola tenis. Ayam goreng saya pun jatuh
menggelundung
di tanah. Saya benar-benar bingung ada apa ini kok ayam goreng saya
bisa mental dari genggaman saya. Belum sadar betul apa yang terjadi,
saya mendengar Justin berteriak, "Go
back in the car! Just eat in the car."
Saya pun buru-buru masuk ke dalam mobil jeep. Pas saya perhatikan
lagi ternyata ada satu elang besar berputar-putar di angkasa. Sungguh
pemburu yang tangguh elang itu! Begitu mengincar satu mangsa, dia
akan memperhatikan gerak-gerik mangsanya dan menunggu saat lengah
lalu menyerang. Paling tidak begitulah kiranya nasib tragis ayam
goreng kesukaan saya...
Elang macam ini lah yang "nyambet" ayam goreng saya (kiri: African fish eagle, kanan: martial eagle) |
Saatnya saya ceritakan sedikit tentang
binatang-binatang yang saya jumpai di Serengeti dan Ngorongoro.
Wildebeest
Kebetulan bulan Januari ini adalah saat
migrasi hewan wildebeest, diperkirakan jumlahnya bisa mencapai
lebih dari satu juta ekor di daerah Serengeti sendiri. Migrasi
wildebeest biasa diikuti juga oleh rombongan zebra, Thomson's
gazelle dan vulture
(burung bangkai). Zebra, gazelle dan
wildebeest
sering membaur dengan tujuan mengurangi kemungkinan di mangsa para
predator. Burung bangkai
sering kali mengikuti rombongan dari udara karena mereka tahu besar
kemungkinan sejumlah dari kawanan ini mati sewaktu bermigrasi, entah
karena di mangsa singa, buaya, atau mati karena tenggelam sewaktu
menyeberang sungai.
Atas: white-backed dan white-headed vulture; Bawah: Thomson's gazelle dan wildebeest |
Zebra
Hewan ini tidak asing lagi bagi
kebanyakan orang. Garis-garis di tubuhnya membedakan zebra dengan
jenis kuda lainnya. Jika diperhatikan, garis di kepala, leher dan
badan semuanya vertikal, tetapi di bagian kaki dan bokongnya bergaris
horizontal. Satu teori yang saya dengar mengenai kegunaan corak strip
di tubuh zebra ini adalah untuk membingungkan lalat tsetse sehingga
tidak hinggap di tubuhnya.
Source: wikipedia |
Lalat tsetse
Ini adalah binatang
yang paling menyebalkan di Serengeti. Saya jadi iri dengan zebra yang
tidak pernah dihinggapi lalat tsetse, mungkin saya harus memakai baju
dengan corak loreng-loreng supaya tidak ditempeli. Bagi yang belum
pernah merasakan gimana rasanya dihinggapi lalat ini, coba
bayangkan saja rasanya di gigit semut merah yang tidak mati-mati
walau sudah ditepuk. Bedanya dengan semut merah, lalat tsetse ini
cukup hinggap di baju atau celana atau kaus kaki lalu dengan mudahnya
menusuk ke lapisan kulit dan menghisap darah. Percaya atau tidak,
lalat tsetse dapat dengan mudah menyebarkan parasit di tubuh
manusia dan ini berakibat cukup fatal hingga menyebabkan kematian.
Singa (Simba
dalam bahasa Swahili)
Tidak
diragukan lagi bahwa singa adalah hewan paling berkuasa di savana
Afrika. Menurut observasi saya di Serengeti, singa itu adalah
binatang yang sangat malas. Hari-harinya hanya dihabiskan untuk
tidur-tiduran saja. Singa betina cenderung lebih agresif sehingga
merekalah yang ditugaskan untuk berburu mangsa, sementara singa
jantan hanya bertugas mengawasi anak-anaknya. Saya sempat melihat
perburuan singa betina untuk mendapatkan anak babi hutan, luar biasa
sabarnya dia menunggu, namun begitu beraksi sungguh tidak diduga
kegesitannya.
Jangan tertipu oleh keimutannya saat tidur |
Hyena
Hewan
ini selalu hidup berkelompok, umumnya masih saling berhubungan
saudara antara satu sama lain. Pemimpin sebuah klan hyena adalah sang
betina, kedudukannya didasarkan oleh sistem hierarki. Hyena jantan
sepertinya tidak memiliki ranking apa-apa di dalam klan, bahkan
ranking hyena jantan yang paling tinggi sekalipun masih kalah
posisinya dibandingkan dengan ranking hyena betina yang paling
rendah. Untuk membedakan antara hyena dan anjing hutan caranya mudah,
perhatikan saja suaranya. Hyena memiliki suara ketawa yang khas,
mirip sekali dengan suara ketawa manusia yang cekikikan.
Olive
baboon (untuk Olive, sori ya bukan menghina kamu lho!)
Babon
ini sangat cerdas dan oportunis. Memiliki taring yang panjang (bisa
mencapai 5cm), mereka sebenarnya mampu membunuh seekor leopard bila
terdesak. Walau demikian, mereka sebisa mungkin memilih untuk
menghindari bentrokan dengan binatang lainnya. Jika berada di satu
daerah yang penuh dengan babon, yakinlah bahwa daerah itu bebas dari
predator sebab begitu ada perusuh mulai masuk teritori mereka,
spontan mereka akan berteriak-teriak memberitahu kawanannya. Untuk
melindungi diri mereka dari serangan pengganggu, mereka biasa
melarikan diri dengan cara bergelayutan di batang pohon sambil
menciprati musuh dengan kotorannya. Jadi saran saya, janganlah
mengganggu babon ini jika tidak ingin kena siraman kotorannya.
Kuda
nil
Tubuhnya
gemuk dan besar, tetapi kakinya mungil sekali. Namun jangan salah,
kuda nil termasuk hewan yang ganas jika terprovokasi. Walau badannya
berbobot 2-3 ton, tetapi larinya cepat sekali sewaktu mengejar musuh.
Kuda nil lebih senang menghabiskan waktunya berkubang di danau atau
rawa-rawa dibanding berada di daratan. Kerjanya setiap hari hanyalah
berendam dengan kepala timbul tenggelam dari permukaan air. Bau
kubangan air tempat kuda nil berendam ini sungguh menusuk sekali --
amis dan tengik, seperti campuran bau bangkai binatang dan kotoran
diaduk jadi satu, ugh...
Kolam ini memang terlihat tenang, tapi hati-hati dengan penghuninya! |
Nah loh, siapa yang berani berenang hayoo... |
Leopard
Binatang
yang satu ini termasuk binatang nocturnal, maksudnya hanya
aktif di malam hari. Apa yang biasa dilakukan di pagi hingga sore
hari? Tidak banyak, biasa hanya tidur-tiduran di atas pohon. Tidak
mudah memang untuk melihat leopard di atas pohon karena mereka pandai
sekali berkamuflase. Cara paling mudah adalah mencari ekornya di
sela-sela pohon, biasanya menggelantung ke bawah.
Leopard |
Kirk's
dik dik
Sekali
mendengar nama binatang ini pasti tidak akan pernah lupa. Dik dik
adalah sejenis kancil kecil dengan mata yang lentik. Dik dik hidup
secara berpasangan dan mereka terkenal sebagai hewan yang monogami
(hebat kan?). Pernah suatu waktu saya kebelet buang air kecil dan
meminta ijin Justin untuk turun dan kencing di belakang jeep safari
kita. Pas saya siap-siap buka celana, saya merasa tidak nyaman dan
merasa diintip oleh sesuatu. Ternyata ada sepasang dik dik penasaran
perlahan-lahan menghampiri saya yang sedang kencing. Mereka hanya
berani mendekat sampai jarak sekitar 3m dari saya lalu berhenti dan
mempelototi saya. Wah, sepertinya saya malah jadi tontonan binatang.
Cheetah
Satu
kata untuk hewan ini, cantik! Beruntung sekali kita dapat menjumpai
hewan ini di tengah rerumputan Ngorongoro crater. Bentuk
tubuhnya sangat panjang, ramping dan berotot, tipikal pelari handal.
Cheetah bisa berlari secepat 110km/jam, tapi sayangnya dia hanya bisa
berlari sejauh 300 meter dalam kecepatan ini, setelah itu harus
beristirahat selama 30 menit untuk memulihkan staminanya.
African
buffalo (kerbau Afrika)
Bedanya
kerbau ini dengan kerbau biasa adalah tanduknya yang melengkung
menyerupai rambut. Kerbau Afrika berwarna hitam dan berbadan besar,
bisa dibayangkan seperti sapi yang dijejal steroid. Umumnya kerbau
ini tidak berbahaya, hanya saja saat dia marah atau terluka akan
menyerang secara serabutan.
wah... aku baru tau kalau Afrika begitu indah...
ReplyDeleteLuar biasa! Petualangan safari di Afrika sangat indah dan terkesan!
ReplyDeleteSemoga dapat menjadi motivasi dalam petualangan hidup yang lebih seru dan penuh tantangan serta memory indah!