Monday 9 July 2012

Karibu! Welcome to Africa

Siang itu tanggal 14 Januari 2012, saya dan Björn akhirnya tiba di Nairobi setelah menempuh perjalanan selama 17 jam dari Shanghai via Doha. Begitu tiba di Jomo Kenyatta airport kita berdua langsung mengantri untuk meminta visa on arrival. Prosesnya sangat cepat dan tidak berbelit-belit. Petugas imigrasinya juga sangat ramah dan senang bercanda, malahan saking banyaknya bercanda dia sampai salah menempelkan stiker visa saya ke tempat lain, lalu dengan santainya berkata "Oh no, this is not good. Now I have to peel it slooowly and we just hope it doesn't rip". Saya hanya bisa terbengong-bengong dan berharap stiker visa saya tidak sobek! Single-entry visa negara Kenya berlaku untuk 3 bulan, harganya 50 dolar (USD). Walaupun status visanya hanyalah single entry, tapi kita diijinkan keluar masuk Kenya secara bebas dalam 3 bulan jika kita hanya berpergian ke dua negara tetangganya, Uganda dan Tanzania.

 Downtown Nairobi yang lumayan semrawut

Kota Nairobi mengingatkan saya pada sebuah kota kecil di Indonesia. Masyarakatnya banyak yang berjalan kaki dan tidak banyak bangunan-bangunan tinggi terdapat di sana. Sarana transportasinya juga kurang terlalu memadai, yang ada cuma bus umum dan taksi butut tanpa argo. Jalan-jalan di dalam kota Nairobi cukup berdebu, tapi saya lumayan heran orang-orang di sana seolah-olah tidak merasa terganggu oleh asap kendaraan dan debu pasir. Mereka semua dengan santainya berjalan atau mengemudi dengan jendela dibuka, hampir tidak ada kendaraan yang jendelanya tertutup.

Pemandangan jalan di Nairobi

 Fairview hotel, mematok harga 250 dolar semalam, bangkrut deh!

Perhentian di Nairobi ini hanyalah merupakan transit point bagi saya, Björn dan Viet (yang sudah tiba lebih awal karena menumpang pesawat lain), kita tidak berencana untuk menghabiskan waktu sama sekali di kota ini. Mengapa? Karena saya tidak sanggup bayar biaya hotel dan lain-lainnya. Bagi saya, Nairobi luar biasa mahalnya, saya cepat bokek kalau harus tinggal lama-lama di sini. Harga hotel bintang tiga yang biasa-biasa saja memasang harga sekitar 150-250 US dolar per malam. Biaya makan di restoran di mal sekelas Mangga Dua memaksa saya merogoh saku sebesar 1700 Kenyan Shilling (atau sekitar 20 dolar). Bagaimana mau backpackingan kalau semuanya mahal begini? Saya benar-benar merasa miskin di Kenya, sampai akhirnya untuk menu makan malam kita bertiga memutuskan untuk belanja di supermarket dan membuat sandwich sendiri.

Keesokan harinya sekitar jam 8 pagi kita bersiap untuk berangkat menuju Arusha. Bus yang kita tumpangi bisa memuat sekitar 15 orang, tempat duduknya berjejer 4 bangku. Penuh sekali penumpang busnya, sampai-sampai barang bawaan kita harus ditaruh di atas atap bus karena tidak muat. Semua penumpang bus adalah orang asing yang rata-rata bertujuan untuk mendaki Kilimanjaro,sebagian lagi adalah pekerja sosial. Saya, Bjorn dan Viet beserta satu bule bertubuh kekar duduk di baris paling belakang, lebih lega sedikit dibanding baris depan namun sialnya tidak berjendela. Di baris depan ada segerombol bapak-bapak dari Polandia, badan mereka besar-besar sekali. Saya kasihan melihat mereka harus duduk berhimpitan di bangku yang kekecilan dan hampir tidak ada ruang gerak. Bayangkan saja kita diharuskan duduk berdempetan di dalam bus selama 6 jam disertai bau keringat semerbak, hmmm...

Bayangkan duduk terhimpit di tengah dua bapak itu selama 6 jam sambil memangku backpack

Namanga border sisi Kenya     (source: Tripadvisor)

Untung saja bus berhenti sekali pada saat melewati Namanga border, perbatasan Kenya dan Tanzania. Daerah Namanga sisi Tanzania ini terlihat seperti terminal truk, kantor imigrasinya pun bentuknya seperti loket di stasiun bus. Jika tidak diberitahu mungkin saya tidak akan tahu bahwa ini adalah kantor imigrasi.

 Namanga border sisi Tanzania, percaya kan sekarang kalau mirip terminal truk?     (source: www.eac.int)

Visa untuk negara Tanzania bisa diperoleh di sini. Warga negara Indonesia bisa memperoleh visa on arrival seharga 50 dolar dan berlaku untuk 3 bulan. Prosesnya lumayan simpel, petugas imigrasi tidak meminta dokumen macam-macam dan tidak bertanya apapun. Satu-satunya pertanyaan yang mereka lontarkan adalah "Where is your fifty dollars?". Sesudah mendapatkan 50 dolarnya, mereka lalu tersenyum menjawab "Karibu, welcome to Tanzania!"


Baca artikel sebelumnya Makan Malam Berujung di Afrika

No comments:

Post a Comment