Hamparan bukit dengan sungai melintas di antaranya di Tam Coc- Ninh Binh
Halong Bay di atas daratan,
demikianlah image untuk Propinsi Ninh Binh. Kota yang teletak sekitar 3 jam
dari Hanoi ini dilintasi sungai yang cukup besar dengan struktur pemandangan yang
berbukit-bukit. Di kanan kiri kita bisa melihat pemandangan yang hijau.
Bukit-bukit batu yang berjejer di sana hampir semuanya dibungkus oleh tanaman
dan pohon-pohon yang hijau. Dari kejauhan mulai terlihat sungai yang tenang
dengan daun teratai dan bunga lili air yang tumbuh di antaranya.
Ternyata bukan hanya
pemandangan saja yang bisa kita nikmati di Ninh Binh. Konon kota Hoa Lu di Ninh
Binh pernah menjadi pusat pemerintahan. Tepatnya di abad ke 10 di bawah
pemerintaha Dinasti Ly. Untuk melihat sisa-sisa kejayaan dari dinasti jaman
dulu, saya mengunjungi istana peninggalannya. Pintu masuk istana benar-benar
mengingatkan saya pada gerbang-gerbang di China. Ini merupakan bukti kuat
adanya hubungan antara peradaban China dan Vietnam. Satu yang membedakan antara
gerbang dari gerbang di China pada umumnya, gerbang istana Ninh Binh terbuat
dari batu yang diukir.
Pemandangan kota kecil di pinggir sungai... mirip dengan Ciliwung?
Gerbang masuk kuil Din Tien Hoang di Hoa Lu
Anak-anak remaja bersepedaan melintasi jembatan
Di dalam kompleks istana,
kita disambut dengan pemandangan kolam pemandian atau yang disebut Half Moon
Lake. Kolam ini dipenuhi dengan bunga teratai dan lili air. Terus terang kolam
ini mengingatkan saya pada kolam-kolam pemandian selir-selir raja di Jawa dan
Bali.
Kompleks kota tua
(citadel) ini dibagi menjadi beberapa bagian, termasuk kuil-kuil dan pagoda.
Bangunannya pun terlihat sangat sederhana dan sayangnya kurang terawat. Hal ini
mungkin dikarenakan kurangnya jumlah turis yang mengunjungi tempat ini. Selama
di sini, saya pun hampir tidak melihat adanya turis asing yang berkeliaran.
Di pinggiran kota Ninh
Binh, kita melihat ada perkembangan kompleks yang baru. Saya meluangkan waktu
untuk melihat. Meskipun sebagian besar dari kompleks masih berupa lokasi
konstruksi, kita sudah bisa melihat dan berkeliling di kuil utamanya, kuil Bai
Dinh. Ternyata kompleks tersebut mau dibangun sebagai kuil Buddha terbesar di
Asia Tenggara, total areanya mencapai 700 ha. Tujuannya adalah untuk
mendatangkan wisatawan ziarah dari manca negara.
Ini dia pembangunan baru kuil super besar
Kompleks kuil yang asal
mulanya hanya dari sebuah goa yang sering didatangi raja dan konon dapat
mengabulkan permintaan tersebut, sekarang bisa menjadi kompleks kuil raksasa.
Saya mencoba menyusuri koridor yang seakan-akan tidak pernah selesai. Di
sepanjang koridor, ditempatkan patung-patung pendeta Buddha. Saya pikir,
jumlahnya pasti bisa mencapai ratusan kalau bukan ribuan.
Rombongan pendeta wanita tengah berjalan di koridor yang panjang sambil mengucapkan doa
Di tengah jalan, kita
berpapasan dengan pendeta-pendeta Buddha berbaju coklat. Ternyata mereka tengah
menjalankan ritual mengelilingi kuil sambil menggumankan doa, dan sesekali
mengusapkan tangan mereka ke pangkuan patung Buddha.
Jujur saja, kuil ini
tidak menyimpan nilai historik yang spesial. Tetapi yang membuat kompleks kuil
ini menarik adalah ukurannya yang luar biasa besarnya dan betapa ambisiusnya
pemerintah Vietnam dalam mengembangkan industri pariwisata religi mereka. Bisa
dibilang, tempat ini dibangun dari sesuatu yang tidak ada. Saya hanya bisa
terkagum-kagum.
Akhirnya setelah
berpanas-panas dan jalan tanpa henti di koridor panjang, kita sampai juga di
dok tempat perahu sampan berlabuh, Tam Coc - Bich Dong. Tanpa
tunggu lebih lama lagi, saya langsung menaiki perahu sampan untuk berkeliling
di sepanjang sungai dan menikmati Halong Bay di atas daratan.
Naik sampan melintasi sungai yang tenang. Suara burung dan gemercik air terdengar jelas di antara lembah
Bukit-bukit yang ada di
sana agak mirip dengan Halong Bay dengan skala yang lebih kecil. Namun biar
mirip, pengalaman yang kita alami terasa beda. Di sini kita bisa menyentuh air
sungai sambil melihat apabila ada ikan yang lewat. Selain itu, kita juga
bersampan diantara tanaman-tanaman rawa. Sesekali di pinggir sungai, kita bisa
melihat ada hewan ternak yang tengah merumput. Selama perjalanan kita dengan
sampan, kita dibawa untuk melihat 3 kuil. Masing-masing kuil dibangun untuk menghormati
dewa pelindung bagi sungai tersebut.
Lembu yang capai setelah membajak tengah merumput di tepi sungai
Salah satu kuil di atas air
Di tengah-tengah
perjalanan dengan sampan, kita dikagetkan dengan pengarahan untuk merunduk.
Kita harus membaringkan badan kita ke belakang. Ternyata sampan sedang berjalan
menuju ke bawah goa. Tingginya ada yang hanya mencapai kurang dari 0.5 meter.
Kalau duduk tegak, tentu kepala kita bisa terbentur batu dan berakibat fatal.
Terowongan panjang di antara bukit batu dan aliran sungai
Pengalaman menerobos goa
ini bisa dibilang seru, namun pendapat saya ternyata berbeda sekali dengan
pendapat mama. Mama ternyata takut sekali dengan ruang gelap yang sempit. Dia
membayangkan apabila air sungai naik ataupun apabila kita bertemu dengan ular.
Untung saja, perjalanan di dalam goa tidak berlangsung lama.
Perjalanan kita pun
akhirnya berakhir. Mama pun terlihat sangat lega mengetahui kita tidak masuk ke
dalam goa lagi.
Baca petualangan sebelumnya di Halong Bay
Baca petualangan sebelumnya di Halong Bay
No comments:
Post a Comment