Mohammed, Sopir Kita
Perawakannya tinggi besar seperti beruang. Dia sebenarnya orang yang baik hati, tetapi agak jorok. Mohammed mengajarkan kita beberapa bahasa Arab, seperti :
“yellah” untuk ayo kita jalan
“habibie” untuk my love, atau
memanggil teman secara kasual
Dia juga senantiasa setia menemani kita dan rajin
menunjukkan tempat-tempat yang menarik. Selain itu, Mohammed juga banyak
memberi saran soal makanan tradisional. Akhir kata, dia adalah salah satu orang
paling berjasa di trip kita.
Bapak-bapak ini sangat lucu karena kekompakannya.
Mereka memakai baju dan keffiyah yang sama. Lalu mereka juga mengambil foto
berjejer-jejer seperti anggota boyband.
Penjual Kopi Cardamom
Lihat bajunya yang unik. Lihat juga di bajunya,
dia membawa pisau kecil yang diselipkan di pinggangnya. Bapak ini menjual kopi
cardamom di luar kastil Ajlun. Dengan ramah dia menyapa kita dan menawarkan
kopinya. Tertarik untuk berfoto dengannya dan kemasan kopinya yang unik, kita pun mencobanya. Ternyata
manisnya bukan main. Rasa kopinya hampir tidak terasa. Hanya rasa dan
wangi-wangian herbal saja yang ada.
Mohammed, Pemandu di Jerash
Saya dan Inji sangat suka dengan bajunya yang
necis. Jaket kulit dan topi koboi. Inji memanggil dia sebagai sir Ian Mckellen.
Bapak ini sangat menghayati dalam memberi penjelasan tentang Jerash. Dia
membuat saya dan Inji terpana akan kemajuan bangsa Romawi pada saat itu.
Wanita dan Anak-anak di Jerash
Mereka sangat ramah dan selalu tersenyum dan
menyapa kita. Ada satu saat mereka menyapa “hi” dan Inji menjawab dengan “hi
back”. Mereka tertawa sambil terus mengucap “hi back? Hi back.. Hi back?”
Rupanya mereka bingung dengan ungkapan itu. Mereka juga suka bercanda. Buktinya
mereka bisa ikutan lomba lari di pelataran Jerash.
Penggembala Kambing di Jerash
Memang Jerash adalah tempat wisata, tetapi
hamparan rumput yang ada di sana ada sumber makanan yang lumayan enak untuk
kambing. Alhasil, di sini ada penggembala yang membawa kambingnya ke sana ke
mari. Mirip seperti jaman nabi-nabi.
Penjual Roti
Pernah makan roti dari Timur Tengah? Pernah juga
melihat cara pembuatannya? Awalnya sama seperti membuat adonan roti biasa,
digulung-gulung, dipukul-pukul. Lalu diputar-putar dan diratakan sampai
bentuknya menyerupai pizza. Habis itu adonan itu dilempar ke langit-langit oven
bulat yang besar sekali. Tunggu 10 menit dan taraaaa.... jadilah rotinya.
Bedouin
Meraka tinggal berpindah-pindah sesuai dengan
kondisi yang baik untuk ternak mereka. Ya, kebanyakan dari mereka bekerja
sebagai penggembala. Mereka adalah suku minoritas di Jordan. Bangsa nomadic ini
suka sekali berpetualang di tempat yang gersang-gersang, seperti di Petra atau
pun Wadi Rum. Karena kurangnya pendidikan dan penampilan yang terkadang
awut-awutan, mereka sering mendapat stigma sebagai bangsa yang kurang jujur.
Untungnya selama perjalanan, kita hanya menemui Bedouin yang baik hati.
Bapak Arkeolog
Bapak ini dengan asik nya meneliti segala sudut di
Petra. Dia mencoba memunculkan kembali kuil-kuil yang masih terkubur di Petra.
Selama di sini, kita bertemu dengan sejumlah ahli arkeolog yang mencoba
menggali rahasia Petra.
Bear Grylls Wannabe
Inji yang berpose ala jagoan petualangan outdoor
Bear Grylls. Pada saat ini, Inji hanya bisa menirukan gayanya. Mungkin besok
Inji sudah bisa mengikuti pola makannya (pemakan segala—beneran segala!!!)
Aish, Sopir Bedouin Kita
Mungkin dia adalah orang dengan keahlian fotografi
paling jelek sedunia. Kita disuruh naik ke atas bukit batu berbentuk jembatan.
Tetapi sampi di atas, dia hanya foto muka kita. Apa bedanya dengan berfoto di
tanah datar biasa.
Teman-teman Backpacker di Bedouin Camp
Orang-orang dari manca negara yang membuat waktu
kita selama di camp menyenangkan. Ada May si guru yoga, ada keluarga Amerika
yang anaknya yang berusia 12 tahun sudah keliling ke 26 negara, ada pasangan
Perancis yang sudah pernah tinggal di mana-mana, dan banyak lagi.
Lelaki Kekar dengan Celana Alladin
Menurut saya orang ini lucu sekali. Badannya
sangat kekar, dari bajunya yang ketat, kita bisa lihat otot-ototnya. Tapi
celana bercorak ala Alladin itulah yang membuat dia kelihatan sedikit feminin.
Pengemis di Jalan Pelangi (Rainbow st.)
Sekilas ia mengingatkan saya pada Geppeto, ayah
Pinnochio. Mungkin karena hidungnya yang panjang. Dia duduk terkulai lemas di
pinggir jalan. Kasihan juga melihatnya.
Si Abang Penjual Keffiyeh
Berkat jasa si abang, kita berhasil menggunakan keffiyeh dengan benar dan bervariasi. Si abang menjelaskan bahwa keffiyeh milik Inji adalah motif dari Palestina, sedangkan keffiyeh saya asli Jordan.
Dengan ramahnya, si abang yang ternyata fasih berbahasa Indonesia ini memperagakan bermacam-macam cara menggunakan keffiyeh. Triknya.. berhitung. Ya, saya dan Inji tertawa geli mendengar dia selalu berhitung "sato, doa, tiga, ampat, lima, anam" pada waktu melilitkan keffiyeh kita.
Baca artikel sebelumnya Pilih Kecut atau Manis?
Si Abang Penjual Keffiyeh
Berkat jasa si abang, kita berhasil menggunakan keffiyeh dengan benar dan bervariasi. Si abang menjelaskan bahwa keffiyeh milik Inji adalah motif dari Palestina, sedangkan keffiyeh saya asli Jordan.
Dengan ramahnya, si abang yang ternyata fasih berbahasa Indonesia ini memperagakan bermacam-macam cara menggunakan keffiyeh. Triknya.. berhitung. Ya, saya dan Inji tertawa geli mendengar dia selalu berhitung "sato, doa, tiga, ampat, lima, anam" pada waktu melilitkan keffiyeh kita.
Baca artikel sebelumnya Pilih Kecut atau Manis?
No comments:
Post a Comment