Thursday 5 July 2012

Mencari Teman di Jordan

Mari kita sekarang sedikit bergosip.  Jalan-jalan rasanya belum lengkap tanpa topik yang satu ini. Selama di Jordan, saya dan Inji banyak menemui orang-orang yang menarik perhatian. Mari kita mulai:

Mohammed, Sopir Kita

Perawakannya tinggi besar seperti beruang. Dia sebenarnya orang yang baik hati, tetapi agak jorok. Mohammed mengajarkan kita beberapa bahasa Arab, seperti :
“yellah” untuk ayo kita jalan
“habibie” untuk my love, atau memanggil teman secara kasual
Dia juga senantiasa setia menemani kita dan rajin menunjukkan tempat-tempat yang menarik. Selain itu, Mohammed juga banyak memberi saran soal makanan tradisional. Akhir kata, dia adalah salah satu orang paling berjasa di trip kita.


 


4 Bersaudara

Bapak-bapak ini sangat lucu karena kekompakannya. Mereka memakai baju dan keffiyah yang sama. Lalu mereka juga mengambil foto berjejer-jejer seperti anggota boyband.

 Penjual Kopi Cardamom

Lihat bajunya yang unik. Lihat juga di bajunya, dia membawa pisau kecil yang diselipkan di pinggangnya. Bapak ini menjual kopi cardamom di luar kastil Ajlun. Dengan ramah dia menyapa kita dan menawarkan kopinya. Tertarik untuk berfoto dengannya dan kemasan  kopinya yang unik, kita pun mencobanya. Ternyata manisnya bukan main. Rasa kopinya hampir tidak terasa. Hanya rasa dan wangi-wangian herbal saja yang ada. 

 
Mohammed, Pemandu di Jerash

Saya dan Inji sangat suka dengan bajunya yang necis. Jaket kulit dan topi koboi. Inji memanggil dia sebagai sir Ian Mckellen. Bapak ini sangat menghayati dalam memberi penjelasan tentang Jerash. Dia membuat saya dan Inji terpana akan kemajuan bangsa Romawi pada saat itu.
Wanita dan Anak-anak di Jerash
Mereka sangat ramah dan selalu tersenyum dan menyapa kita. Ada satu saat mereka menyapa “hi” dan Inji menjawab dengan “hi back”. Mereka tertawa sambil terus mengucap “hi back? Hi back.. Hi back?” Rupanya mereka bingung dengan ungkapan itu. Mereka juga suka bercanda. Buktinya mereka bisa ikutan lomba lari di pelataran Jerash.

Penggembala Kambing di Jerash

Memang Jerash adalah tempat wisata, tetapi hamparan rumput yang ada di sana ada sumber makanan yang lumayan enak untuk kambing. Alhasil, di sini ada penggembala yang membawa kambingnya ke sana ke mari. Mirip seperti jaman nabi-nabi.

 Penjual Roti

Pernah makan roti dari Timur Tengah? Pernah juga melihat cara pembuatannya? Awalnya sama seperti membuat adonan roti biasa, digulung-gulung, dipukul-pukul. Lalu diputar-putar dan diratakan sampai bentuknya menyerupai pizza. Habis itu adonan itu dilempar ke langit-langit oven bulat yang besar sekali. Tunggu 10 menit dan taraaaa.... jadilah rotinya.

Bedouin

Meraka tinggal berpindah-pindah sesuai dengan kondisi yang baik untuk ternak mereka. Ya, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai penggembala. Mereka adalah suku minoritas di Jordan. Bangsa nomadic ini suka sekali berpetualang di tempat yang gersang-gersang, seperti di Petra atau pun Wadi Rum. Karena kurangnya pendidikan dan penampilan yang terkadang awut-awutan, mereka sering mendapat stigma sebagai bangsa yang kurang jujur. Untungnya selama perjalanan, kita hanya menemui Bedouin yang baik hati.

 
Bapak Arkeolog

Bapak ini dengan asik nya meneliti segala sudut di Petra. Dia mencoba memunculkan kembali kuil-kuil yang masih terkubur di Petra. Selama di sini, kita bertemu dengan sejumlah ahli arkeolog yang mencoba menggali rahasia Petra.
 
Bear Grylls Wannabe

Inji yang berpose ala jagoan petualangan outdoor Bear Grylls. Pada saat ini, Inji hanya bisa menirukan gayanya. Mungkin besok Inji sudah bisa mengikuti pola makannya (pemakan segala—beneran segala!!!)

 Aish, Sopir Bedouin Kita

Mungkin dia adalah orang dengan keahlian fotografi paling jelek sedunia. Kita disuruh naik ke atas bukit batu berbentuk jembatan. Tetapi sampi di atas, dia hanya foto muka kita. Apa bedanya dengan berfoto di tanah datar biasa. 
Teman-teman Backpacker di Bedouin Camp

Orang-orang dari manca negara yang membuat waktu kita selama di camp menyenangkan. Ada May si guru yoga, ada keluarga Amerika yang anaknya yang berusia 12 tahun sudah keliling ke 26 negara, ada pasangan Perancis yang sudah pernah tinggal di mana-mana, dan banyak lagi.

 
Lelaki Kekar dengan Celana Alladin

Menurut saya orang ini lucu sekali. Badannya sangat kekar, dari bajunya yang ketat, kita bisa lihat otot-ototnya. Tapi celana bercorak ala Alladin itulah yang membuat dia kelihatan sedikit feminin.
Pengemis di Jalan Pelangi (Rainbow st.)

Sekilas ia mengingatkan saya pada Geppeto, ayah Pinnochio. Mungkin karena hidungnya yang panjang. Dia duduk terkulai lemas di pinggir jalan. Kasihan juga melihatnya.
Si Abang Penjual Keffiyeh
Berkat jasa si abang, kita berhasil menggunakan keffiyeh  dengan benar dan bervariasi. Si abang menjelaskan bahwa keffiyeh milik Inji adalah motif dari Palestina, sedangkan keffiyeh saya asli Jordan. 
Dengan ramahnya, si abang yang ternyata fasih berbahasa Indonesia ini memperagakan bermacam-macam cara menggunakan keffiyeh. Triknya.. berhitung. Ya, saya dan Inji tertawa geli mendengar dia selalu berhitung "sato, doa, tiga, ampat, lima, anam" pada waktu melilitkan keffiyeh kita.


Baca artikel sebelumnya Pilih Kecut atau Manis?

No comments:

Post a Comment