Seakan-akan masih bisa
terdengar suara letupan-letupan peluru. Sambil sesekali prajurit Viet Cong
berteriak dan bergerak lincah di antara pepohonan. Terlihat sebentar, lalu
menghilang lagi di balik semak-semak. Suara daun-daunan yang bergemerisik
karena angin sepoi-sepoi membuat suasana mencekam. Hening tetapi menakutkan.
Mungkin begitulah keadaan
perang gerilya jaman perjuangan pasukan Viet Cong. Saat ini saya hanya bisa
membayangkan suasana perang yang seperti permainan petak umpet itu di Cu Chi
Tunnel. Di tempat inilah kita bisa menyaksikan betapa seramnya perang.
Sebelumnya, saya sudah mendapat sedikit bocoran dari Maison Centrale (atau yang
lebih dikenal sebagai Hanoi Hilton) di Hanoi. Kalau di Hanoi, kita
diperlihatkan penjara tempat ditahannya para tentara. Di Cu Chi Tunnel, kita
bisa menyaksikan medan perang itu sendiri.
Foto-foto dokumentasi perang Vietnam yang bisa dilihat di War Museum
Ditumbuhi pohon-pohon di
mana-mana, sekilas Cu Chi Tunnel terlihat seperti hutan biasa. Tetapi jangan
salah, ternyata ada banyak perangkap di sana. Salah jalan.. kita bisa masuk ke
dalam perangkap yang dilengkapi duri-duri panjang. Pada jaman itu, prajurit
Viet Cong melumuri duri-duri tersebut dengan racun sehingga bisa membunuh lawan.
Saya sendiri sempat mencoba masuk ke tempat persembunyian mereka yang hanya
berupa lubang dengan ukuran yang sangat kecil dan atasnya dibuat samar dengan
tumpukan daun. Kamuflase yang luar biasa!
Kenapa diberi nama Cu Chi
Tunnel? Hal ini dikarenakan sistem lorong bawah tanah yang bisa nyambung ke
mana-mana. Sistem lorong rahasia ini adalah kunci kemenangan prajurit Viet
Cong. Lorong-lorong ini berfungsi untuk tempat tinggal, tempat persembunyian,
tempat menyimpan senjata dan juga tempat melakukan serangan-serangan mendadak.
Saya ikutan mencoba masuk ke dalam lorong yang gelap dan sempit (meskipun
sebenarnya sudah diperlebar untuk tujuan pariwisata). Wah... susahnya bukan
main untuk jalan. Kita harus merangkak kalau tidak mau sakit punggung.
Ceritanya, di dalam
lorong ini dulu banyak semut, kalajengking, nyamuk dan lain-lain. Penyebab
terbesar kematian di sini selain akibat perang adalah karena malaria. Terkadang
prajurit Viet Cong harus berdiam diri di dalam lorong ini berhari-hari sambil
menunggu suasana kembali aman. Banyak dari mereka yang menderita kelaparan
juga. Ya begitulah yang terjadi selama perang. Segala yang tidak enak bisa
terjadi. Tetapi mereka perlu perang ini untuk mendapatkan harapan dan
memperjuangkan tanah Vietnam.
Sempat juga saya singgah
ke ruangan tempat perdana menteri memikirkan strategi perang. Ruangannya
sedikit lebih bersih dan besar dibandingkan ruangan lainnya. Tersedia juga poci
dan gelas-gelas kecilnya di atas meja kecil untuk aksi minum layaknya perdana menteri
di jaman perang.
Lorong bawah tanah dan menikmati teh ala perdana menteri di jaman perang
Saigon sedikit berbeda
dengan Hanoi yang ramai dengan turis dan gang-gang kecilnya. Saigon jauh lebih
modern, terlihat dari jalanannya yang besar dan megah. Dihiasi dengan
pohon-pohon besar juga. Kalau kita bandingkan dengan daerah sekitar Monas, bisa
dibilang ada miripnya. Banyak gedung-gedung pemerintahan yang sekarang dibuka
untuk publik sebagai museum. Salah satunya adalah Reunification Palace (Dinh
Thong Nhat) atau dalam bahasa Indonesia Istana Merdeka. Saya tertarik dengan
arsitektur yang bergaya sedikit Beaux Art. Terutama di bagian kulit pembungkus
bangunan tersebut.
Reunification Palace
dibangun di ujung boulevar utama dan menjadi titik paling penting di sana.
Dikelilingi oleh hamparan rumput yang hijau, istana tempat pemimpin Vietnam
Selatan ini berdiri dengan gagahnya. Seperti layaknya bangunan di era modernis,
istana ini bentuknya sangat sederhana. Hanya kotak-kotak persegi panjang saja.
Dari Reunification Palace,
kita bisa berjalan menyusi boulevar. Atau kalau capai, kita bisa naik becak
atau ojek. Di dekat sana ada beberapa bangunan yang cukup menarik untuk
dikunjungi. Notre Dame Catedral salah satunya. Bangunan bergaya arsitektur
Perancis ini cukup membuat mata terpana. Mungkin juga karena warnanya yang
merah. Di seberangnya persis, ada bangunan yang terlihat seperti kantor imigrasi.
Arsitektur kolonial dicampur dengan art deco terlihat dengan jelas. Kalau suka
dengan peninggalan perang, War Museum bisa menjadi pilihan yang tepat, Terutama
untuk melihat tank-tank besar dan pesawat tempur. Di dalam museum ini, banyak
dipajang foto-foto dari perang Vietnam. Sangat menyayat hati dan kalau tidak
kuat, bisa stress keluar-keluar dari sini.
Pemandangan gedung tua dengan sentuhan budaya barat
Gedung imigrasi dengan style art deco-nya yang mirip dengan yang kita bisa temukan di kota tua Jakarta
Di luar Ben Thanh, banyak
restoran kecil. Karena capai seteah berjalan seharian, saya stop sebentar untuk
minum kelapa muda. Cukup enak... dan santai rasanya. Menikmati air kelapa muda
sambil melihat sepeda motor yang lalu-lalang ternyata cukup menarik juga.
Sesekali saya melihat sepeda motor yang bisa memuat orang sebanyak mobil. 1
motor muat 5 orang. Bayangkan!!! Efektif sekali kan.
1 Motor untuk sekeluarga
Baca petualangan sebelumnya di Sungai Mekong
kunjungan balik di 88promo.com atau lekonk13.com
ReplyDelete