Tuesday, 12 June 2012

Kota Kardus Amman

Sedih rasanya perjalanan kita di Jordan sudah hampir berakhir. Tetapi sebelum berakhir, saya dan Inji masih menyempatkan diri untuk berkeliling Amman, ibukota Jordan. Teman saya yang orang Jordan pernah bercerita bahwa Amman adalah kota yang sangat menarik. Hal ini dikarenakan pusat kota tua Amman tetap berfungsi sebagai mana layaknya kota perdagangan jaman dulu, dan tidak terpengaruh dengan pembangunan gedung-gedung bertingkat yang mewah. Orang-orang dari berbagai level sosial ekonomi masih tetap tinggal di pusat kota dan memiliki mata pencarian. Coba kita bandingkan dengan kota Jakarta, jalan Sudirman-Thamrin-Kuningan sudah penuh dengan gedung pencakar langit. Daerah Menteng sudah tidak terjangkau lagi harganya. Hal ini mengakibatkan penduduk asli Jakarta makin lama makin tersingkir ke luar.

 Pemandangan pusat kota Amman dengan tiang benderanya yang tinggi menjulang

Amman yang pada jaman pemerintahan Masedonia disebut Philadephia adalah kota terpadat dan terbesar di Jordan. Amman terkenal kaya akan kebudayaan yang beragam. Perjalanan kita hari ini dimulai dari mengunjungi  mesjid King Abdullah I. Memang tidak semegah Hagia Sophia di Turki, tetapi atap birunya cukup impresif.

Kubah berwarna biru turkois dengan 2 minaretnya

Lalu kita mengunjungi Amman Citadel yang letaknya di atas bukit. Dari situ kita bisa melihat pemandangan kota Amman yang berbukit-bukit dengan ciri arsitektur yang khas. Hampir semua rumah dan bangunan bentuknya kota-kotak seperti tumpukan kardus. Di tengah tumpukan kardus tersebut, berdiri tiang bendera tertinggi di Jordan.

Lucu juga kalau melihat rumah-rumah di Amman. Hampir semua bangunan di sini dipenuhi kepingan piringan satelit. Sepertinya warga Amman tidak mau ketinggalan berita dan hiburan dari luar negeri. 

Inji mencoba terbang di atas Amman

Inilah bagunan-bangunan di Amman, bagai kardus ditumpuk-tumpuk

Amman Citadel atau Jabal al-Qal’a adalah salah satu peninggalan tertua yang hampir selalu ada penghuninya sejak jaman Neolitik. Konon kabarnya, tempat ini pernah dihuni selama 7000 tahun lamanya. Di samping itu, Amman Citadel juga dijadikan simbol perkembangan 3 agama monoteis; Yahudi, Kristen dan Islam. Bangunannya sendiri sedikit ada kemiripan dengan reruntuhan di Jerash. Kita bisa melihat ada nya pengaruh kebudayaan Romawi dan Yunani.

 Segerombolan burung mengitari reruntuhan Amman Citadel

 Ummayed Palace - bentuknya memang seperti mesjid, tetapi ini dulunya adalah gedung balai kota

Interior Ummayed Palace

Amphiteater batu peninggalan jaman Romawi

Anak- anak bermain-main di pelataran Amman Citadel

Kita juga sempat mampir ke pusat kota tua Amman. Kali ini kita dibawa untuk melihat dari dekat kehidupan lokal orang-orang kota. Saya dan Inji menyusuri Jalan Al-Rainbow yang merupakan salah satu jalan utamanya, dan mulai memasuki gang-gang kecil diantaranya. Sampailah kita ke pasar tradisional di mana kita melihat segala sesuatu yang besar. Apa yang besar? Semua buah-buahan dan sayuran di sini ukurannya luar biasa. Bayangkan, kita bisa melihat tumpukan kol yang besarnya melebihi bola basket. Belum lagi tomat, stroberi, terong dan lain-lain. Semuanya besar!!!


 Keramaian pasar tradisional dengan pedagang sayurnya

Ini barang-barang yang ditawarkan di pasar - sayur-sayuran dan korma-kormaan

Selepas dari pasar tradisional, toko-toko perhiasan mulai menyambut kita. Ternyata kita ada di tengah-tengah pasar perhiasan (gold market). Orang lalu-lalang membuat suasana kota menjadi semakin hidup dan meriah. Kalau kita menengadah ke atas, kita bisa perhatikan arsitektur Amman yang sangat menarik.
Tentu saja jalan-jalan di Amman belum lengkap tanpa makan fool dari Hashim dan knafeh dari Habibah di pinggir jalan. Apalagi kalau bukan makanan tradisional Jordan  :) .. yummmm...

 Pasar emas!!! Etalase toko penuh dengan emas yang kinclong

Map menunjukkan promenade utama dengan panduan arsitektur

 Kedai Habibah yang terkenal dengan knafeh yang sangat manis

Sebelum meninggalkan Amman, saya dan Inji juga menyempatkan diri untuk mengunjungi gereja Katolik di sana. Sekaligus untuk merayakan Paskah. Karena kita tidak mengerti bahasa Arab, kita memutuskan untuk ke gereja internasional yang ternyata penuh dengan orang dari Filipina. Dari dulu, saya selalu mau memiliki alkitab dalam bahasa Arab. Maksud hati ingin beli, tetapi karena keterbatasan waktu, akhirnya saya putuskan untuk mengambil dari gereja dan meninggalkan uang lebih untuk persembahan. Rasa bersalah tentu saja ada, hmmm... yang penting sudah dapat!!! Sekarang kita bisa meninggalkan Jordan dengan tenang :)


Baca petualangan sebelumnya di Aqaba

1 comment:

  1. Las Vegas casino review - DRMCD
    A guide to the Las Vegas casino 부천 출장안마 and the best casinos available to for 전라북도 출장마사지 the Las Vegas, Nevada area, 거제 출장안마 for the Las Vegas, Nevada area, 김해 출장안마 casino at Harrah's 김해 출장샵 Resort Las Vegas.

    ReplyDelete